Minggu, 11 Januari 2015

PEMERIKSAAN ACETON URINE
( LEGAL TEST )

       I.            Tujuan
a.       Tujuan Instruksional Umum
1.      Untuk dapat memahami pemeriksaan aceton urine (Legal Test)
2.      Untuk dapat mengetahui prosedur pemeriksaan aceton urine ( Legal Test )
b.      Tujuan Instruksional Khusus
1.      Untuk dapat melakukan pemeriksaan aceton urine (Legal Test )

    II.            Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan Aceton Urine adalah metode Legal Test

 III.            Prinsip
Aceton akan bereaksi dengan Na-ferrycyanide membentuk cincin warna ungu.

 IV.            Dasar Teori
Urin atau air seni maupun air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasiolfaktori.Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya.Meskipun tidak selalu bisa dijadikan pedoman namun Ada baiknya Anda mengetahui hal ini untuk berjaga-jaga.Urin merupakan cairan yang dihasilkan oleh ginjal melalui proses penyaringan darah. Oleh kaena itu kelainan darah dapat menunjukkan kelainan di dalam urin.
Komposisi Urine
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Pandangan Awal Mengenai Warna
1.         Kuning jernih
Urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh Anda sehat.Urin ini tidak berbau. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin dan mengubah zat dalam urin sehingga menghasilkan bau yang khas.
2.         Kuning tua atau pekat
Warna ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan cairan.Namun bila terjadi terus, segera periksakan diri Anda ke dokter karena merupakan tahap awal penyakit liver.
3.         Kemerahan
Urin merah.Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan kandung kemih.Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar maupun rifampisin secara berlebihan.
4.         Oranye
Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria.Pyridium, antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat mengubah warna urin menjadi oranye.
Selain warna, bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dan busung lapar, urin cenderung berbau manis, sementara jika seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau menyengat.
Fungsi Urin
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat. Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan tradisional India, Ayurveda.
Pemeriksaan Urine
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
1.      Pemeriksaan Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin.Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan.
Pemeriksaan Makroskopik adalah pemeriksaan yang meliputi :
a)        Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun.
Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal
b)       Warna urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan.Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
c)        Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'
d)       Bau urin
Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap.Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria.
e)        pH urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan.pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa
2.      Pemeriksaan Mikroskopik Urine
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit
3.      Pemeriksaan Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia.Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.
a)       Benda- benda keton
Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif.Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi.
Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak – rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.

Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dl.

Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin.Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atu serum, kemudian baru urin.Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis.Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.

Badan keton, juga disebut badan aseton atau hanya keton, adalah salah satu dari tiga senyawa yang dihasilkan bila hati memetabolisme asam lemak.Ketiga jenis badan keton – asam asetoasetat, asam beta-hidroksibutirat, dan aseton – dilepaskan ke dalam aliran darah setelah metabolisme terjadi.Asam asetoasetat dan asam beta-hidroksibutirat digunakan untuk bahan bakar otak dan otot, tapi tubuh tidak dapat memecah aseton dan karena itu mengeluarkannya dalam urin.Aseton atau badan keton berlebih dalam darah dan urin dapat menjadi tanda dari penyakit metabolisme yang serius, dan dokter sering menggunakan pengukuran badan keton sebagai alat dalam diagnosis penyakit tersebut.
Pada individu sehat, tubuh menggunakan metabolisme karbohidrat sebagian besar untuk bahan bakar sel-sel. Jika karbohidrat yang memadai tidak tersedia, seperti selama kelaparan ekstrim, tubuh mulai metabolisme lemak menjadi badan keton untuk menyediakan bahan bakar yang diperlukan. Tingginya kadar keton dalam urin, suatu kondisi yang disebut ketonuria, menunjukkan bahwa tubuh menggunakan sebagian besar lemak untuk energi.
Kondisi lain yang akan menghasilkan peningkatan kadar badan keton adalah diabetes Tipe I – bentuk parah dari diabetes mellitus. Orang dengan diabetes mellitus tidak dapat memetabolisme glukosa secara efisien, biasanya karena insulin tidak cukup atau resistensi insulin. Tubuh mereka akan mulai metabolisme lemak dan protein untuk menebus kekurangan glukosa yang tersedia untuk energi.
Ketika dokter menduga diabetes, salah satu hal pertama yang mereka akan memeriksa kelebihan keton dalam urin. Dilakukan dengan dipstick urin sederhana, uji cepat dapat memberitahukan dokter untuk gangguan metabolisme seperti diabetes. Tingginya kadar keton juga dapat menyebabkan seseorang untuk memiliki aseton atau bau buah pada napas mereka. Pemeriksaan lebih lanjut kadar glukosa darah dapat mengkonfirmasi penyakit. Tes urine keton juga berguna dalam membantu pasien diabetes mempertahankan diet yang tepat dan pengobatan untuk kontrol optimal dari penyakit.
Ketonuria dapat membantu sinyal kemungkinan komplikasi selama puasa ekstrim atau diet, atau selama kehamilan.Pengujian wanita hamil adalah penting karena telah ketonuria mungkin dikaitkan dengan beberapa kematian janin.Dokter juga menskrining pasien akut sakit dan pasien yang sedang mempersiapkan untuk operasi untuk indikasi kemungkinan masalah metabolisme.
Kehadiran keton dalam darah atau urine tidak hanya sinyal dari masalah metabolisme.Keton sendiri dapat berbahaya pada tingkat tinggi.Tanpa pengobatan, tingkat yang sangat tinggi keton dalam darah dan urin dapat menurunkan pH darah dan menyebabkan kondisi yang disebut ketoasidosis. Hal ini terjadi paling sering pada orang dengan diabetes mellitus yang tidak terkontrol dan diperburuk ketika kadar glukosa darah tinggi, yang disebabkan oleh kekurangan insulin yang tersedia, lebih lanjut mengasamkan darah. Ketoasidosis dapat menyebabkan ketoacidic koma atau kematian.
Ada beberapa cara dalam pemeriksaan badan keton yaitu :
  1. Cara Rothera (satu modifikasi)
Percobaan ini berdasar kepada reaksi antara nitroprussida dan asam aceto-acetat atau aceton yang menyusun suatu zat berwarna ungu. Teristimewa terhadap asam aceto-acetatlah reaksi ini peka seakali(positif sampai 1 : 400.000); terhadap aceton kepekaan 1 : 20.000, sedangkan asam beta-hidroxibutirat tidak dapat dinyatakan dengan reaksi ini.
Reagens Rothera : natriumnitroprussida 5 g; ammonium sulfat 200 g; campur baik-baik dengan menggerusnya dalam lumpangdan simpanlah sebuk itu dalam botol bersumbat teguh.
Dalam tes ini Penting untuk memakai urin yang segar. Perubahan asam aceto-acetat menjadi aceton dan menguapnya aceton dari urin yang diberikan mengurangi kemungkinan hasil positif dalam urin yang mengandung zat-zat keton itu.
  1. Cara Gerhardt
Tes ini berdasar kepada reaksi antara asam aceto-acetat dan ferrichlorida yang menyusun zat berwarna seperti anggur port (warna merah-coklat). Asam aceto-acetat sampai pengenceran 1 : 1000 dapat dinyatakan oleh reaksi ini (jauh kurang peka dari reaksi Rothera), sedangkan aceton dan asam beta-hidroxibutirat tidak bereaksi.
Warna yang dicari mungkin samar-samar oleh presipitat ferrifosfat yang selalu terbentuk; maka dari itu dianjurkan supaya menyaring cairan dan mencari warna itu di dalam filtrate.
Warna merah anggur itu tidak hanya dapat ditimbulkan oleh asam aceto-acetat.fenol, salicylat-salicylat, antipyrin dan natriumbikarbonat juga memberi warna serupa, hasil tes itu menjadi positif palsu. Jarang-jarang terjadi warna hijau, disebabkan fenilalanin.
Test Gerhardt yang positif selalu harus disertai test Rothera yang positif juga. Seandainya Gerhardt positif, sedangkan Rothera negative, maka konklusi ialah Gerhardt positif palsu karena tes Rothera amat lebih peka terhadap asam aceto-acetat daripada tes Gerhardt.
Meskipun tes Gerhardt kurang peka, ada gunanya juga dipakai disamping tes Rothera, karena bilamana tes Gerhardt itu positif, diberikan olehnya isyarat bahwa ketonuria lebih berat daripada yang hanya menyebabkan Rothera positif saja.
  1. Cara Denga Carik Celup
Ada juga carik celup yang dibuat untuk mendeteksi zat-zat keton dalam urin; seperti pada test Rothera carik celup juga memakai natriumnitroprussida sebagai dasar reaksi untuk menimbulkan warna ungu. Sama juga seperti telah diterangkan, urin harus benar-benar segar dan asam beta-hidroxibutirat tidak dapat dinyatakan.
Penilaian semikuantitatif juga mungkin diadakan berdasarkan tuanya warna ungu yang terjadi pada carik celup, meskipun perbedaan intensitas warna tidak sejelas seperti yang dilihat pada tes untuk albuminuria dan glukosuria memakai carik celup; sebaiknya dinatakn negative (-) atau positif (+) saja.( Helinagara, 2011 )

    V.            Alat dan Bahan
Alat
1.      Beaker Glass
2.      Pipet Ukur
3.      Pipet Tetes
4.      Tabung reaksi
5.      Rak Tabung Reaksi
6.      Container Urine
7.      Ball Pipet
8.      Botol Semprot

Bahan
1.      Sampel Urine
2.      Amoniak pekat
3.      Bubuk Amonium Sulfat
4.      Larutan Na-Nitro
5.      Na-Nitroferry Cyanide
6.      Tissue

 VI.            Cara Kerja
1.      Digunakan APD dengan baik, benar dan lengkap
2.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3.      Dipipet 5 ml sampel urine ke dalam tabung reaksi
4.      Ditambahkan bubuk Amoniumsulfat untuk mengasamkan, kemudian dikocok tabung beberapa kali.
5.      Ditambahkan 2-3 tetes larutan Na-Nitroferry Cyanide
6.      Dituangkan amoniak pekat lewat dinding tabung sehingga terbentuk suatu lapisan dengan campuran isi tabung sebelumnya.
7.      Dibiarkan tabung reaksi tegak selama 5 menit
8.      Dibaca hasilnya.

VII.            Interpretasi hasil
-          Jika urine mengandung aseton, maka antara perbatasan kedua lapisan akan terbentuk cincin berwarna ungu.
-          Derajat positifasinya tergantung pada kecepatan terbentuknya cincin ungu tadi.

VIII.            Hasil Pengamatan
                                    Keterangan: Sampel A (kiri), sampel B (kanan)
Identitas pasien (sampel B) :
Nama                           : I Kadek Mardana
Umur                           : 19 tahun
Jenis Kelamin              : Laki-laki
Tanggal Pemeriksaan  : 3 November 2014
Dari hasil praktikum tersebut pada sampel urine A terbentuk cincin ungu (+) sehingga dapat diindikasikan bahwa pasien mengalami gangguan metabolisme karbohidrat dalam hal ini adalah Diabetes mellitus (DM). Sedangkan pada sampel urine B hasilnya negatif  (-) karena tidak terbentuk cincin ungu tetapi terbentuk cincin warna coklat yang tipis.


 IX.            Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaanaseton urine, pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti : Legal test, Rothera, Gerhard, dan Carik celup. Pada praktikum kali ini pemeriksaan aseton urine dilakukan dengan cara Legal test dimana reagen yang digunakan pada metode ini yaitu Na-nitroferri, ammonium sulfat, dan ammonia. Namun pada praktikum kali ini reagen Na-nitroferri digantikan dengan Na-nitroprussida yang memiliki kegunaan sama. Percobaan ini berdasarkan pada reaksi antara Nitroprossida dan asam aseto-asetat atau keton yang menyusun zat berwarna ungu.
Pada praktikum dilakukan pemeriksaan aseton urine pada urine A dan urine B, dimana urine A yang diberikan oleh dosen pembimbing dan urine B dari mahasiswa dengan data sebagai berikut :
Nama               : I Kadek Mardana
Umur               : 19 tahun
Jenis kelamin   : Laki-laki
            Pada percobaan, hal yang dilakukan pertama kali yaitu memipet sampel urine A dan urine B kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan sedikit bubuk ammonium sulfat, penambahan ini bertujuan untuk mengasamkan sampel. Kemudian dihomogenkan sampel dengan cara mengocok sampel sampai bubuk larut sempurna. Setelahitu ditambahkan Larutan natrium nitroprusside sebanyak 2 tetes. Sampel dihomogenkan kembali dengan cara dikocok. Kemudian ditambahkan ammonia pekat lewat dinding tabung, sehingga nantinya akan terbentuk satu lapisan dengan campuran tabung sebelumnya. Setelah itu dibiarkan selama 5 menit.
            Pada sampel A terjadi perubahan yaitu terbentuknya cincin berwarna ungu antara dua lapisan yang menunjukkan hasil positif. Sedangkan pada sampel B terjadi perubahan dengan terbentuknya cincin berwarna coklat yang menunjukkan hasil negative tidak mengandung aseton. Pada hasil positif menunjukkan bahwa sampel urine tersebut mengandung aceton karenga terbentuknya warna ungu.
            Adanya benda keton dalam urine dikarenakan metabolism lemak dan asam lemak secara berlebihan, benda keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energy yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat ( misalnya : Diabetes mellitus), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang: tinggi lemak randah karbohidrat), gangguan absorpsi karbohidrat, gangguan mobilisasi glukoma, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk di bakar.
            Peningkatan kadar keton dalam darah (ketonemia) akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (misalnya karbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetic keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50mg/dl. Keton memiliki struktur kecil dan dapat dieskresikan dalam urine. Namun kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian baru urine.
            Jika pemeriksaan keton menggunakan urine lama maka asam β-hidroksi butirat akan segera berubah menjadi aseton. Aseton akan segera menguap, yang kemudian memberikan hasil (-) palsu. Saat melakukan pembacaan hasil, tabung reaksi tetap ditutup dengan menyumbat tabung, agar aseton tidak cepat menguap dan menyebabkan (-) palsu. Penyebab (+) palsu : phenol, salisilat, antipirin, Na Carbonat. Penyebab (-) palsu : phenil alanin yang memberikan warna hijau.
            Selain faktor diatas, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji keton, yaitu :
a.       Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan (+) palsu
b.      Urine disimpan pada temperature ruangan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan hasil uji negative palsu
c.       Adanya bakteri dalam urine dapat menyebabkan kehilangan asam aseto asetat
d.      Anak penderita Diabetes cenderung mengalami ketonuria dari pada orang dewasa

Gejala-gejala adanya senyawa keton dengan pemeriksaan urine :
1.   Ketika pengujian gula darah lebih tinggi dari 250 mg/dl (ketika tes lebih dari sekali)
2.      Bila anda merasakan sakir/tekanan
3.      Jika anda menderita infeksi
4.      Jika seseorang menderita Diabetes (tipe I)
5.      Jika seseorang menderita Diabetes (tipe II) dan dokter memintanya melakukan tes badan keton.

    X.            Kesimpulan
1.      Keton bodies (senyawa keton dalam tubuh) adalah hasil oksidasi asam lemak yang tidak sempurna. Badan keton ini terdiri dari tiga senyawa yaitu aseton, asam asetoasetat dan asam betahidroksibutirat.
2.      Pemeriksaan badan keton pada urine dapat dilakukan dengan cara Rothera, cara Gerhadt dan cara carik celup. Sedangkan pada saat praktikum digunakan metode legal test.
3.      Hasil positif dari pemeriksaan aseton urine ini adalah terbentuknya cincin berwarna ungu diantara lapisan kedua campuran.
4.      Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil sampel A adalah positif dengan terbentuknya cincin berwarna ungu yang mengindikasikan pasien mengalami gangguan metabolisme karbohidrat yang mengarah pada penyakit Diabetes mellitus. Sedangkan pada sampel B hasilnya negatif karena tidak terbentuk cincin ungu melainkan terbentuk cincin warna coklat yang tipis.

 XI.            Daftar Pustaka
Probosunu, N. 1994 .Fisiologi Umum. Yogjakarta : Gajah Mada University Press
Medika. 2012. Pemeriksaan Urin. Online. http://www.biomedika. co.id/services/laboratorium/31/pemeriksaan-urin.html  .
Mc Pherson, A. R., & Sacher, A. R. (2004). Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: Panerbit Buku Kedokteran EGC.
Gjandasoebrata R . 1986, Penuntun Laboratorium Klinik . Jakarta . Dian Rakyat
Mc Pherson, A. R., & Sacher, A. R. (2004). Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: Panerbit Buku Kedokteran EGC.
Tim Praktikum Kimia Klinik. (2011). Buku Petunjuk Praktikum Kimia Klinik I. Yogyakarta: Akademi Analis Kesehatan Manggala Yogyakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar