PEMERIKSAAN
ACETON URINE
(
LEGAL TEST )
I.
Tujuan
a. Tujuan
Instruksional Umum
1. Untuk
dapat memahami pemeriksaan aceton urine (Legal Test)
2. Untuk
dapat mengetahui prosedur pemeriksaan aceton urine ( Legal Test )
b. Tujuan
Instruksional Khusus
1. Untuk
dapat melakukan pemeriksaan aceton urine (Legal Test )
II.
Metode
Metode
yang digunakan dalam pemeriksaan Aceton Urine adalah metode Legal Test
III.
Prinsip
Aceton
akan bereaksi dengan Na-ferrycyanide membentuk cincin warna ungu.
IV.
Dasar Teori
Urin atau air seni maupun air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan
tubuh.Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasiolfaktori.Urin
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Dari urin kita bisa memantau
penyakit melalui perubahan warnanya.Meskipun tidak selalu bisa dijadikan
pedoman namun Ada baiknya Anda mengetahui hal ini untuk berjaga-jaga.Urin
merupakan cairan yang dihasilkan oleh ginjal melalui proses penyaringan darah.
Oleh kaena itu kelainan darah dapat menunjukkan kelainan di dalam urin.
Komposisi Urine
Urin terdiri
dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi
organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa,
diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau
berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di
dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.Urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik
untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.Diabetes adalah
suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita
diabetes akan mengandung gula yang tidak
akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Pandangan
Awal Mengenai Warna
1. Kuning jernih
Urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh
Anda sehat.Urin ini tidak berbau. Hanya saja, beberapa saat setelah
meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin dan mengubah zat dalam
urin sehingga menghasilkan bau yang khas.
2.
Kuning tua atau pekat
Warna ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan
cairan.Namun bila terjadi terus, segera periksakan diri Anda ke dokter karena
merupakan tahap awal penyakit liver.
3.
Kemerahan
Urin merah.Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal
dan kandung kemih.Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar maupun
rifampisin secara berlebihan.
4.
Oranye
Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria.Pyridium,
antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing
juga dapat mengubah warna urin menjadi oranye.
Selain warna, bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi
penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dan busung lapar, urin cenderung
berbau manis, sementara jika seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli,
urinnya cenderung berbau menyengat.
Fungsi Urin
Fungsi utama
urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam
tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini
berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran
kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat,
secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan
berasal dari urea. Sehingga
bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril
Urin dapat
menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat. Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan
tradisional India, Ayurveda.
Pemeriksaan Urine
Yang
dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin
rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen,
darah samar dan nitrit.
1.
Pemeriksaan Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna,
kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin.Pengukuran volume urin berguna untuk
menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam
urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan.
Pemeriksaan Makroskopik adalah pemeriksaan yang meliputi :
a)
Volume urin
Banyak sekali faktor yang
mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan
minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata
didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang
dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka
keadaan itu disebut poliuri.
Bila volume urin selama 24 jam
300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat
pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun.
Anuri adalah suatu keadaan dimana
jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada
shock dan kegagalan ginjal
b) Warna urin
Pemeriksaan terhadap warna urin
mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna
urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning
bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin
dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan.Warna normal
urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa
macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
c)
Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin
bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara
yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter,
refraktometer dan reagens 'pita'
d)
Bau urin
Bau urin normal disebabkan oleh asam
organik yang mudah menguap.Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan
seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti
pada ketonuria.
e)
pH urin
Penetapan pH diperlukan pada
gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan
dalam badan.pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH
pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada
infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada
infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan
menyebabkan urin bersifat basa
2.
Pemeriksaan Mikroskopik Urine
Yang dimaksud dengan pemeriksaan
mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui
adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit
3.
Pemeriksaan Kimia Urin
Di samping cara konvensional,
pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan
hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens
pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia.Reagens
pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton,
bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.
a) Benda- benda keton
Dalam urin
terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena
aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda
keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari
5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan
asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin
mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet
8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam
keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif.Pada keadaan puasa
yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus,
kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah
yang tinggi.
Badan
keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam
β-hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang
berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan
untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme
karbohidrat (mis. diabetes mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya
asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak – rendah
karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau
gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk
dibakar.
Peningkatan
kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan
cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis.
Pada ketoasidosis diabetik, keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50
mg/dl.
Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin.Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atu serum, kemudian baru urin.Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis.Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin.Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atu serum, kemudian baru urin.Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis.Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Badan
keton, juga disebut badan aseton atau hanya keton, adalah salah satu dari tiga
senyawa yang dihasilkan bila hati memetabolisme asam lemak.Ketiga jenis badan
keton – asam asetoasetat, asam beta-hidroksibutirat, dan aseton – dilepaskan ke
dalam aliran darah setelah metabolisme terjadi.Asam asetoasetat dan asam
beta-hidroksibutirat digunakan untuk bahan bakar otak dan otot, tapi tubuh
tidak dapat memecah aseton dan karena itu mengeluarkannya dalam urin.Aseton
atau badan keton berlebih dalam darah dan urin dapat menjadi tanda dari
penyakit metabolisme yang serius, dan dokter sering menggunakan pengukuran
badan keton sebagai alat dalam diagnosis penyakit tersebut.
Pada
individu sehat, tubuh menggunakan metabolisme karbohidrat sebagian besar untuk
bahan bakar sel-sel. Jika karbohidrat yang memadai tidak tersedia, seperti
selama kelaparan ekstrim, tubuh mulai metabolisme lemak menjadi badan keton
untuk menyediakan bahan bakar yang diperlukan. Tingginya kadar keton dalam
urin, suatu kondisi yang disebut ketonuria, menunjukkan bahwa tubuh menggunakan
sebagian besar lemak untuk energi.
Kondisi
lain yang akan menghasilkan peningkatan kadar badan keton adalah diabetes Tipe
I – bentuk parah dari diabetes mellitus. Orang dengan diabetes mellitus tidak
dapat memetabolisme glukosa secara efisien, biasanya karena insulin tidak cukup
atau resistensi insulin. Tubuh mereka akan mulai metabolisme lemak dan protein
untuk menebus kekurangan glukosa yang tersedia untuk energi.
Ketika
dokter menduga diabetes, salah satu hal pertama yang mereka akan memeriksa
kelebihan keton dalam urin. Dilakukan dengan dipstick urin sederhana, uji cepat
dapat memberitahukan dokter untuk gangguan metabolisme seperti diabetes.
Tingginya kadar keton juga dapat menyebabkan seseorang untuk memiliki aseton
atau bau buah pada napas mereka. Pemeriksaan lebih lanjut kadar glukosa darah
dapat mengkonfirmasi penyakit. Tes urine keton juga berguna dalam membantu
pasien diabetes mempertahankan diet yang tepat dan pengobatan untuk kontrol
optimal dari penyakit.
Ketonuria
dapat membantu sinyal kemungkinan komplikasi selama puasa ekstrim atau diet,
atau selama kehamilan.Pengujian wanita hamil adalah penting karena telah
ketonuria mungkin dikaitkan dengan beberapa kematian janin.Dokter juga
menskrining pasien akut sakit dan pasien yang sedang mempersiapkan untuk
operasi untuk indikasi kemungkinan masalah metabolisme.
Kehadiran
keton dalam darah atau urine tidak hanya sinyal dari masalah metabolisme.Keton
sendiri dapat berbahaya pada tingkat tinggi.Tanpa pengobatan, tingkat yang
sangat tinggi keton dalam darah dan urin dapat menurunkan pH darah dan
menyebabkan kondisi yang disebut ketoasidosis. Hal ini terjadi paling sering
pada orang dengan diabetes mellitus yang tidak terkontrol dan diperburuk ketika
kadar glukosa darah tinggi, yang disebabkan oleh kekurangan insulin yang
tersedia, lebih lanjut mengasamkan darah. Ketoasidosis dapat menyebabkan
ketoacidic koma atau kematian.
Ada beberapa cara dalam pemeriksaan badan keton yaitu :
- Cara Rothera
(satu modifikasi)
Percobaan ini berdasar kepada reaksi antara
nitroprussida dan asam aceto-acetat atau aceton yang menyusun suatu zat
berwarna ungu. Teristimewa terhadap asam aceto-acetatlah reaksi ini peka
seakali(positif sampai 1 : 400.000); terhadap aceton kepekaan 1 : 20.000,
sedangkan asam beta-hidroxibutirat tidak dapat dinyatakan dengan reaksi ini.
Reagens Rothera : natriumnitroprussida 5 g;
ammonium sulfat 200 g; campur baik-baik dengan menggerusnya dalam lumpangdan
simpanlah sebuk itu dalam botol bersumbat teguh.
Dalam tes ini Penting untuk memakai urin
yang segar. Perubahan asam aceto-acetat menjadi aceton dan menguapnya aceton
dari urin yang diberikan mengurangi kemungkinan hasil positif dalam urin yang
mengandung zat-zat keton itu.
- Cara Gerhardt
Tes ini berdasar kepada reaksi antara asam
aceto-acetat dan ferrichlorida yang menyusun zat berwarna seperti anggur port
(warna merah-coklat). Asam aceto-acetat sampai pengenceran 1 : 1000 dapat
dinyatakan oleh reaksi ini (jauh kurang peka dari reaksi Rothera), sedangkan
aceton dan asam beta-hidroxibutirat tidak bereaksi.
Warna yang dicari mungkin samar-samar oleh
presipitat ferrifosfat yang selalu terbentuk; maka dari itu dianjurkan supaya
menyaring cairan dan mencari warna itu di dalam filtrate.
Warna merah anggur itu tidak hanya dapat
ditimbulkan oleh asam aceto-acetat.fenol, salicylat-salicylat, antipyrin dan
natriumbikarbonat juga memberi warna serupa, hasil tes itu menjadi positif
palsu. Jarang-jarang terjadi warna hijau, disebabkan fenilalanin.
Test Gerhardt yang positif selalu harus
disertai test Rothera yang positif juga. Seandainya Gerhardt positif, sedangkan
Rothera negative, maka konklusi ialah Gerhardt positif palsu karena tes Rothera
amat lebih peka terhadap asam aceto-acetat daripada tes Gerhardt.
Meskipun tes Gerhardt kurang peka, ada
gunanya juga dipakai disamping tes Rothera, karena bilamana tes Gerhardt itu
positif, diberikan olehnya isyarat bahwa ketonuria lebih berat daripada yang
hanya menyebabkan Rothera positif saja.
- Cara Denga
Carik Celup
Ada juga carik celup yang dibuat untuk
mendeteksi zat-zat keton dalam urin; seperti pada test Rothera carik celup juga
memakai natriumnitroprussida sebagai dasar reaksi untuk menimbulkan warna ungu.
Sama juga seperti telah diterangkan, urin harus benar-benar segar dan asam
beta-hidroxibutirat tidak dapat dinyatakan.
Penilaian semikuantitatif juga mungkin
diadakan berdasarkan tuanya warna ungu yang terjadi pada carik celup, meskipun
perbedaan intensitas warna tidak sejelas seperti yang dilihat pada tes untuk
albuminuria dan glukosuria memakai carik celup; sebaiknya dinatakn negative (-)
atau positif (+) saja.( Helinagara, 2011 )
V.
Alat dan Bahan
Alat
1. Beaker
Glass
2. Pipet
Ukur
3. Pipet
Tetes
4. Tabung
reaksi
5. Rak
Tabung Reaksi
6. Container
Urine
7. Ball
Pipet
8. Botol
Semprot
Bahan
1. Sampel
Urine
2. Amoniak
pekat
3. Bubuk
Amonium Sulfat
4. Larutan
Na-Nitro
5. Na-Nitroferry
Cyanide
6. Tissue
VI.
Cara Kerja
1. Digunakan
APD dengan baik, benar dan lengkap
2. Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
3. Dipipet
5 ml sampel urine ke dalam tabung reaksi
4. Ditambahkan
bubuk Amoniumsulfat untuk mengasamkan, kemudian dikocok tabung beberapa kali.
5. Ditambahkan
2-3 tetes larutan Na-Nitroferry Cyanide
6. Dituangkan
amoniak pekat lewat dinding tabung sehingga terbentuk suatu lapisan dengan
campuran isi tabung sebelumnya.
7. Dibiarkan
tabung reaksi tegak selama 5 menit
8. Dibaca
hasilnya.
VII.
Interpretasi hasil
-
Jika urine mengandung aseton, maka
antara perbatasan kedua lapisan akan terbentuk cincin berwarna ungu.
-
Derajat positifasinya tergantung pada
kecepatan terbentuknya cincin ungu tadi.
VIII.
Hasil Pengamatan
Keterangan:
Sampel A (kiri), sampel B (kanan)
Identitas pasien (sampel B) :
Nama :
I Kadek Mardana
Umur :
19 tahun
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Tanggal Pemeriksaan : 3
November 2014
Dari hasil praktikum tersebut pada sampel urine A terbentuk
cincin ungu (+) sehingga dapat diindikasikan bahwa pasien mengalami gangguan
metabolisme karbohidrat dalam hal ini adalah Diabetes mellitus (DM). Sedangkan
pada sampel urine B hasilnya negatif (-)
karena tidak terbentuk cincin ungu tetapi terbentuk cincin warna coklat yang
tipis.
IX.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaanaseton
urine, pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti : Legal
test, Rothera, Gerhard, dan Carik celup. Pada praktikum kali ini pemeriksaan
aseton urine dilakukan dengan cara Legal test dimana reagen yang digunakan pada
metode ini yaitu Na-nitroferri, ammonium sulfat, dan ammonia. Namun pada
praktikum kali ini reagen Na-nitroferri digantikan dengan Na-nitroprussida yang
memiliki kegunaan sama. Percobaan ini berdasarkan pada reaksi antara Nitroprossida
dan asam aseto-asetat atau keton yang menyusun zat berwarna ungu.
Pada praktikum dilakukan pemeriksaan aseton urine
pada urine A dan urine B, dimana urine A yang diberikan oleh dosen pembimbing
dan urine B dari mahasiswa dengan data sebagai berikut :
Nama :
I Kadek Mardana
Umur :
19 tahun
Jenis kelamin :
Laki-laki
Pada percobaan, hal yang dilakukan
pertama kali yaitu memipet sampel urine A dan urine B kedalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan sedikit bubuk ammonium sulfat, penambahan ini bertujuan
untuk mengasamkan sampel. Kemudian dihomogenkan sampel dengan cara mengocok
sampel sampai bubuk larut sempurna. Setelahitu ditambahkan Larutan natrium
nitroprusside sebanyak 2 tetes. Sampel dihomogenkan kembali dengan cara
dikocok. Kemudian ditambahkan ammonia pekat lewat dinding tabung, sehingga
nantinya akan terbentuk satu lapisan dengan campuran tabung sebelumnya. Setelah
itu dibiarkan selama 5 menit.
Pada sampel A terjadi perubahan
yaitu terbentuknya cincin berwarna ungu antara dua lapisan yang menunjukkan
hasil positif. Sedangkan pada sampel B terjadi perubahan dengan terbentuknya
cincin berwarna coklat yang menunjukkan hasil negative tidak mengandung aseton.
Pada hasil positif menunjukkan bahwa sampel urine tersebut mengandung aceton
karenga terbentuknya warna ungu.
Adanya benda keton dalam urine
dikarenakan metabolism lemak dan asam lemak secara berlebihan, benda keton
diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energy
yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat ( misalnya : Diabetes
mellitus), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang: tinggi
lemak randah karbohidrat), gangguan absorpsi karbohidrat, gangguan mobilisasi
glukoma, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk di bakar.
Peningkatan kadar keton dalam darah
(ketonemia) akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan cadangan basa
(misalnya karbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada
ketoasidosis diabetic keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50mg/dl.
Keton memiliki struktur kecil dan dapat dieskresikan dalam urine. Namun
kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian baru
urine.
Jika pemeriksaan keton menggunakan
urine lama maka asam β-hidroksi butirat akan segera berubah menjadi aseton.
Aseton akan segera menguap, yang kemudian memberikan hasil (-) palsu. Saat
melakukan pembacaan hasil, tabung reaksi tetap ditutup dengan menyumbat tabung,
agar aseton tidak cepat menguap dan menyebabkan (-) palsu. Penyebab (+) palsu :
phenol, salisilat, antipirin, Na Carbonat. Penyebab (-) palsu : phenil alanin
yang memberikan warna hijau.
Selain faktor diatas, ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji keton, yaitu :
a. Diet
rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan (+) palsu
b. Urine
disimpan pada temperature ruangan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan hasil
uji negative palsu
c. Adanya
bakteri dalam urine dapat menyebabkan kehilangan asam aseto asetat
d. Anak
penderita Diabetes cenderung mengalami ketonuria dari pada orang dewasa
Gejala-gejala adanya
senyawa keton dengan pemeriksaan urine :
1. Ketika
pengujian gula darah lebih tinggi dari 250 mg/dl (ketika tes lebih dari sekali)
2.
Bila anda merasakan sakir/tekanan
3.
Jika anda menderita infeksi
4.
Jika seseorang menderita Diabetes (tipe
I)
5.
Jika seseorang menderita Diabetes (tipe
II) dan dokter memintanya melakukan tes badan keton.
X.
Kesimpulan
1. Keton
bodies (senyawa keton dalam tubuh) adalah hasil oksidasi asam lemak yang tidak
sempurna. Badan keton ini terdiri dari tiga senyawa yaitu aseton, asam
asetoasetat dan asam betahidroksibutirat.
2. Pemeriksaan
badan keton pada urine dapat dilakukan dengan cara Rothera, cara Gerhadt dan
cara carik celup. Sedangkan pada saat praktikum digunakan metode legal test.
3. Hasil
positif dari pemeriksaan aseton urine ini adalah terbentuknya cincin berwarna
ungu diantara lapisan kedua campuran.
4. Dari
hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil sampel A adalah positif dengan
terbentuknya cincin berwarna ungu yang mengindikasikan pasien mengalami
gangguan metabolisme karbohidrat yang mengarah pada penyakit Diabetes mellitus.
Sedangkan pada sampel B hasilnya negatif karena tidak terbentuk cincin ungu
melainkan terbentuk cincin warna coklat yang tipis.
XI.
Daftar Pustaka
Probosunu,
N. 1994 .Fisiologi Umum. Yogjakarta :
Gajah Mada University Press
Medika.
2012. Pemeriksaan Urin. Online. http://www.biomedika.
co.id/services/laboratorium/31/pemeriksaan-urin.html .
Mc Pherson, A. R., & Sacher, A. R. (2004). Tinjauan
Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: Panerbit Buku Kedokteran
EGC.
Gjandasoebrata R . 1986, Penuntun Laboratorium Klinik . Jakarta . Dian
Rakyat
Mc Pherson, A. R., & Sacher, A. R. (2004). Tinjauan
Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: Panerbit Buku Kedokteran
EGC.
Tim Praktikum Kimia Klinik. (2011). Buku Petunjuk
Praktikum Kimia Klinik I. Yogyakarta: Akademi Analis Kesehatan Manggala
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar